Ada kalanya makanan yang sedang kita pegang terjatuh sebelum dikonsumsi. Biasanya karena sayang dibuang, beberapa diantaranya sering mengambil kembali makanan tersebut karena berfikir “belum lima detik”. Mereka yakin bahwa bakteri-bakteri tidak akan masuk ke makanan yang terjatuh tersebut karena durasinya berada di lantai sangat singkat.
Ungkapan “belum lima detik” ini terus berkembang dengan kayakinan tidak banyak bakteri yang hinggap ke makanan yang jatuh tersebut. Bahkan hal ini juga terbiasa dilakukan oleh anak-anak karena melihat perilaku orang tua mereka yang melakukan hal sama. Bagaimana bisa kata ini bisa menjadi kebiasaan di tengah masyarakat?
Kebiasaan mengkonsumsi kembali makanan yang jatuh dengan pikiran “belum lima detik” ini termasuk perilaku tidak sehat. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa ketika makanan jatuh maka dalam waktu cepat bakteri dapat mengkontaminasi. Hal ini juga bergatung seberapa kotor tempat terjatuhnya makanan tersebut.
Sebenarnya sulit untuk mendapatkan asal mula di balik kalimat belum lima detik ini. Akan tetapi, pada tahun 2013 sebuah studi menjelaskan bahwa dalam hasil survei, sebanyak 70% perempuan dan 56% laki-laki sangat akrab dengan peraturan “belum lima detik” ini. Rata-rata wanita lebih cenderung sering memakan kembali makanan yang telah jatuh dibandingkan dengan pria.
Pada kenyataannya, ternyata bakteri hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menyerang makanan yang terjatuh. Dalam riset terbaru mengenai perturan “belum lima detik” oleh Jilian Clarke, seorang siswi yang berpartisipasi dalam belajar riset di University of Illinois. Ia bersama teman-temannya menyimpan bakteri di ubin dan menempatkan makanan di atas tersebut. mereka melakukan beberapa kali dengan bakteri yang berbeda.
Hasil dari uji coba tersebut adalah mereka melaporkan bahwa ternyata bakteri dapat berpindah dari gummy bears dan cookies pada lima detik. Akan tetapi, mereka tidak melaporkan secara spesifik jumlah bakteri yang telah berpindah tempat dari lantai ke makanan tersebut.
Selain percobaan sederhana yang dilakukan oleh siswi tersebut, pada tahun 2007 Laboratorium Clemson University mempublikasikan sebuah jurnak yang berjudul “Journal of Applied Microbiology” yang membahas tentang mikrobiologi. Mereka ingin mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk dapat mengontaminasi makanan.
Karena rasa penasaran tersebut, mereka melakukan penelitian dengan menginokulasi sebuah keramik, karpet, atau kayu dengan Salmonella. Lima menit kemudian, mereka menaruhkan bologna atau roti di permukaan dalam lima, 30, dan 60 detik. Kemudian para peneliti ini mengukur jumlah bakteri yang berpindah tempat. Percobaan tersebut dilakukan berulang kali dengan protocol yang sama setelah bakteri tersebut telah berada di atas permukaan dalam waktu dua, empat, delapan dan 24 jam.
Hasil yang diperoleh adalah, ternyata para ilmuwan ini menemukan bahwa jumlah bakteri yang berpindah ke makanan-makanan tersebut tidak berdasarkan seberapa lama makanan itu melakukan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Selain itu, para ilmuwan bahwa jenis permukaan juga mempengaruhi kontaminasi bakteri pada makanan yang terjatuh. Lalu, apakah kita perlu untuk memakan kembali makanan yang sudah terjatuh?
Kebersihan makanan begitu penting bagi kesehatan. Apabila makanan itu terjatuh di tempat yang mempunyai permukaan yang mengandung bakteri makan bisa saja menyebabkan kita terserang penyakit. Terlebih lagi apabila ada bakteri tertentu yang mematikan dan sejumlah bakteri lainnya yang berbahaya mengkontaminasi makanan yang terjatuh tersebut.
Terlebih lagi untuk anda yang mempunyai kondisi imun yang kurang baik. 10 sel atau kurang dari E. Coli saja bisa menyebabkan kita sakit bahkan mengalami kematian. Namun, tidak ada yang melarang anda untuk memakan kembali makanan yang sudah jatuh tersebut. Akan tetapi alangkah lebih baiknya apabila anda menghindari makanan yang sudah jatuh. Karena bisa jadi makanan itu sudah dihinggapi oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan anda sakit.