Inilah Tindakan Rasulullah SAW Menghadapi Orang yang Dzolim

Umat Islam dunia kini tengah menghadapi stigma negatif. Agama Allah SWT ini disebut-sebut sebagai agama teroris sehingga memunculkan Islamofobia di negara minoritas muslim. Hal tersebut membuat saudara muslim lain di dunia tidak nyaman hidupnya karena fitnah ini.

Pasalnya atas dasar fitnah itu, sebuah negara melegalkan penyerangan terhadap negara muslim sehingga menimbulkan banyak korban. Sebagian dari kita marah, benci dan tidak jarang mengucapkan kata-kata kasar atas kedzoliman tersebut.

Ternyata hal seperti ini sudah terjadi sejak zaman kehidupan Rasulullah SAW. Namun sang Nabi Allah ini memiliki cara sendiri dalam menghadapi mereka. Semoga saja cara ini juga menginspirasi kita untuk melakukan hal serupa. Seperti apa? berikut ringkasannya.

Jika saat ini kita merasa terdzolimi atas tindakan-tindakan tidak berdasar yang dilakukan orang lain kepada agama Allah, maka sebaiknya kita melihat bagaimana kerasnya perjuangan Nabi Muhammad saat awal mengembangkan Islam.

Begitu banyak cacian, hinaan dan tindakan-tindakan amoral seperti meludahi, melempar batu, melempar kotoran manusia, yang dilakukan masyarakat pada masa itu kepada manusia pilihan Allah ini.
Sebenarnya banyak kisah yang tentunya menginspirasi, namun pada artikel ini penulis akan menyajikan beberapa kisah saja.

Kisah pertama adalah ketika ada Yahudi datang ke rumah Rasulullah dan mengucapkan perkataan yang keji. Dikisahkan, suatu hari Aisyah tengah duduk bersama Rasulullah Saw, mereka kemudian dikagetkan dengan kedatangan Yahudi yang dengan tiba-tiba meminta izin masuk kerumah. Namun bukannya berkata baik, mereka justru mengucapkan  Assamu’alaikum yang artinya kecelakaan bagimu. Tidak berselang lama, muncul lagi seorang Yahudi yang mengatakan kata-kata serupa.

Layaknya kita ketika ada kerabat diberlakukan demikian, maka Aisyah kemudian berteriak dan jengkel dengan tindakan tersebut. “Kalianlah yang celaka!”.

Ternyata reaksi Aisyah RA ini tidak disukai Rasulullah Saw. Dia pun menegurnya agar tidak membalas dengan perkataan yang keji.  “Hai Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah dan berang?”

Baca Juga:  Benarkah Ilmu Nabi Adam AS Melebihi Malaikat?

“Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?” kata Aisyah.

Rasulullah Saw. menjawab, “Ya, aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa’alaikum (juga atas kalian), dan itu sudah cukup.”

Rasulullah Saw. berpesan, “Jauhilah ucapan keji, karena Allah tidak menyukai ucapan keji dan membuat-buat ucapan keji” (HR Ibnu Hibban).

Begitulah Rasulullah, Ia tidak akan membalas keburukan dengan keburukan pula. Namun selalu mengajarkan umatnya untuk berperilaku baik sebesar apapun dzalimnya seseorang terhadap kita.

Kisah lain yang juga dialami Rasulullah adalah saat Ia meneghadapi kaum kafir yang selalu melemparkan kotoran kepada Beliau. Dalam kisahnya diceritakan bahwa setiap pagi ketika Rasulullah akan salat subuh di masjid Ia pasti menemukan kotoran di depan pintu rumahnya.

Bukannya marah-marah, namun Nabi mengambil air dan membersihkan tempat itu, baru bisa meneruskan niatnya untuk salat. Keesokan harinya juga terjadi hal yang sama, bahkan kotorannya semakin banyak, demikian terjadi pada hari-hari seterusnya.

Namun Nabi tetap bersabar menghadapi kedzoliman orang-orang yang membenci dirinya. Hingga pada akhirnya orang jahat yang melakukan perbuatan keji itu merasa bosan sendiri dan menghentikan tindakannya menumpuk kotoran di depan pintu rumah Nabi SAW.

Ternyata mereka menggunakan cara lain yang tidak kalah keji dengan tindakan pertama. Orang-orang dzolim ini membuang kotorannya ke badan nabi setiap kali Nabi pergi ke masjid dari atas loteng rumah mereka. Begitu yang beliau alami setiap hari. Namun Nabi tidak marah. Bahkan tatkala beberapa hari sesudah itu tidak ada air najis yang ditumpahkan ke kepalanya dari jendela loteng itu, Nabi bertanya kepada para sahabat.

“Ke mana orang yang tinggal di loteng atas itu?”

“Ada apa ya Rasulullah?” tanya para sahabat yang heran mengapa Nabi menanyakan keadaan orang kafir yang menghuni loteng atas itu.

“Tiap hari biasanya ia selalu memberikan sesuatu kepadaku. Hari ini tidak. Jadi aku bimbang tentang keadaannya.”

“Kebimbanganmu tidak keliru, ya Rasulullah. Orang itu sedang sakit keras dan tidak keluar dari kamarnya.”

Apakah yang dilakukan Nabi? Ia justru menyuruh istrinya untuk memasak makanan dan dibawa kerumah orang tersebut. Makanan tersebut beliau bawa sendiri ke rumah orang jahat itu, sambil menengok keadaan sakitnya dan mendoakan agar cepat sembuh.

Baca Juga:  Golongan Pria yang Masuk Neraka

Orang itu sangat terperanjat menerima kedatangan Rasulullah dengan membawa makanan yang lezat-lezat, padahal setiap hari ia memberikan air najis kepadanya. Orang itu pun amat malu dan menangis-nangis minta maaf. Dengan lapang dada Rasulullah memberi maaf, sehingga orang itu kemudian menjadi sahabat setia.

Umat Islam yang mengalami kedzaliman saat ini hendaknya tetap sabar dan tetap bertawaqal kepada Allah. Insyaallah pertolongan Allah SWT selalu menyertai hamba-hambanya yang beriman.