Inilah Jumlah Rakaat Tahajud Rasulullah SAW

Tahajud merupakan salah satu shalat sunnah yang mulia. Dalam hadist dijelaskan jika sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat Tahajud atau sering disebut Qiyamul Lail. Waktu utama pelaksanaan shalat ini adalah sepertiga malam terakhir.

Tata cara pelaksanaan shalat Tahajud sama dengan shalat fardu dan sunnah lainnya.  Shalat ini terdiri dari dua rakaat yang kemudian diakhiri dengan salam. Namun ada pula yang mengerjakan empat, delapan, bahkan sebelas rakaat.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, tentu kita akan mengikuti sesuai tuntunan Beliau dalam tata cara pelaksanaannya. Lantas, seperti apa shalat malam yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW? Berikut ulasannya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda bagaimana keutamaan shalat Tahajud. Rasulullah mengatakan siapa saja yang memohon kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan mengabulkannya.

“Rabb kami -Tabaroka wa Ta’ala- akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Allah berfirman, “Siapa yang memanjatkan do’a pada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan untuknya”. HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758.

Sahabat pun kemudian bertanya tentang jumlah rakaat Shalat Tahajud. Dalam hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, sesungguhnya seseorang bertanya kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana cara shalat malam? Beliau menjawab:

“Shalat malam itu tunaikan Dua (rakaat) dua (rakaat), kalau anda khawatir (datang waktu) subuh, maka witirlah dengan satu rakaat.” (HR. Bukhari. Silakan lihat Fathul Bari, 3/20)

Ulama sepakat memahami hadist ini, bahwa kalimat nabi terkait dua rakaat ini adalah tanpa batasan ditunaikan. Semaksimal sebanyak mungkin yang bisa anda lakukan. Hanya kemudian, jika anda menunaikan shalat itu dekat dengan fajar, maka segera tutup dengan witir.

Nabi Muhammad SAW pun tidak sekalipun memberikan batasan pada umatnya. Tapi dari pernyataan ini dikisahkan oleh Aisyah radhiallahu’anha dapat diketahui bagaimana shalat tahajud yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.  Aisyah Ra mengatakan,

Baca Juga:  Inilah Orang Kaya yang Dicintai Allah

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 raka’at. Beliau melakukan shalat empat raka’at, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat empat raka’at lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat tiga raka’at. HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738.

Namun ada pula hadist riwayat Ibnu ‘Abbas mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat malam 13 raka’at. “HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764.

Zaid bin Kholid Al Juhani menjelaskan tentang formasi dari jumlah tersebut,

“Aku pernah memperhatikan shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun melaksanakan 2 raka’at ringan. Kemudian setelah itu beliau laksanakan 2 raka’at yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 raka’at yang lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 raka’at lagi yang lebih ringan dari sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah beliau laksanakan shalat malam ketika itu 13 raka’at.” HR. Muslim no. 765.

Ini berarti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan witir dengan 1 raka’at.

Dari sini menunjukkan bahwa disunnahkan sebelum shalat malam, dibuka dengan 2 raka’at ringan terlebih dahulu. ‘Aisyah mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak melaksanakan shalat malam, beliau buka terlebih dahulu dengan melaksanakan shalat dua rak’at yang ringan.” HR. Muslim no. 767.

Seperti dijelaskan di atas bahwa Nabi Muhammad SAW tidak sekalipun memberikan batasan pada umatnya terkait jumlah rakaat shalat tahajud. Sehingga jika kita ingin melakukannya sebanyak mungkin, tentu bukan sebuah tindakan yang menyalahi Sang Nabi.