Kisah Perjalanan Kapal Nabi Nuh Usai Banjir Bandang

Bencana banjir bandang terbesar dalam sejarah peradaban terjadi pada masa kehidupan Nabi Nuh alaihissalam. Persitiwa itu menenggelamkan makhluk bumi kecuali mereka yang ikut ke dalam kapal yang dibuat oleh sang Nabi.

Saat banjir menghatam, kapal ini kemudian berlayar membawa penumpang dalam gelombang laksana gunung. Air bah ini dengan mudah menggulung manusia ingkar yang berlarian mencari keselamatan. Tidak ada yang tersisa kecuali mereka yang percaya kepada risalahnya.

Konon, setelah sehari yang mengerikan itu, Sang Nabi dan pengikutnya mengarungi lautan selama 150 hari. Hingga akhirnya, bahtera itupun berlabuh di atas bukit yang bernama Al-Judi. Bagaimana kisah perjalanan kapal Nabi Nuh usai banjir bandang ini? Berikut selengkapnya.

Menurut para ulama, Nabi Nuh AS di utus saat umat menyembah berhala dan setan.  Nabi Nuh hidup ditengah kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Beliau menyerukan tentang Tauhid bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah SWT.

“Dan sesungguhnya Kami telah telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Ia menetap ditengah-tengah mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Lalu mereka ditimpa banjir besar dan mereka adalah orang-orang yang dzalim” (Q.S Al-Ankabut:14)

Berbagai upaya dilakukan sebagai upaya dakwah. Namun, kaumnya tak peduli dan hanya sedikit yang beriman kepada dakwah kenabiannya. Sang Nabi berputus asa terhadap usaha yang dilakukannya.

Ia tidak melihat adanya kebaikan pada diri kaumnya hingga pada akhirnya beliau menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang diharapkan pada diri mereka. Nabi Nuh kemudian mendoakan keburukan bagi mereka yang tertulis dalam Alquran.

Nuh Berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku. Oleh sebab itu, adakanlah suatu keputusan antara diriku dan mereka. Lalu selamatkanlah aku dan orang-orang Mukmin yang bersama dengan diriku”. (Q.S Asy-Syu’ara:117-118)

Allah SWT berfirman kepada Nabi Nuh, “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunuk wahyu kami. Janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka semua akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37).

Sebagian ulaman Salaf berkata “ Ketika Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, Allah memerintahkan beliau untuk menanam pohon besar sebagai persiapan bahan untuk membuat kapal. Selanjutnya, beliau menanam pohon dan menunggu selama seratus tahun. Setelah seratus tahun berlalu, beliau membelah belah kayu pohon tersebut.”

Baca Juga:  Ternyata Inilah Malaikat yang Mengamati Manusia Ahli Ibadah

Selanjutnya, Allah SWT memerintahkan untuk mengangkut semua jenis tumbuh-tumbuhan, pepohonan, dan semua makhluk hidup yang berpasang-pasangan ke dalam kapal.

Allah SWT berfirman “Hingga perintah kami datang dan at-tannur telah memancarkan air, Kami berfirman”Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari tiap-tiap binatang sepasang (jantan dan betina) dan keluargamu, kecuali orang tang telah terdahulu berlaku ketetapan (azab) kepadanya. Dan muatkanlah orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh kecuali sedikit. (QS Hud:40).

Kemudian, bahtera itu membawa mereka di tengah-tengah gelombang yang laksana gunung. Banjir seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dimana gelombangnya hingga menjulang tinggi dan menenggelamkan daratan. Langit seperti menumpahkan airnya, dan bumi memancarkan air dari segala penjuru. Seperti disebutkan dalam firman Allah:

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung” (QS. Hud:42)

Dengan terkabulnya doa Nabi Nuh ini, maka tidak ada penentang beliau yang tersisa. Termasuk istri dan anaknya yang menolak beriman kepada dakwahnya. Bahtera tersebut kemudian mengarungi dataran yang sudah menjadi lautan tersebut selama 150 hari.

Alba ibn Ahmar meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nuh berada di dalam kapal bersama dengan delapan puluh orang dengan keluarganya masing-masing. Mereka berada di dalam kapal selama 150 hari. Allah mengarahkan kapal itu ke Mekkah lalu kapal itu berputar-putar mengelilingi Baitullah selama 40 hari. Setelah itu, Allah mengarahkan kapal itu ke Bukit Al- Judi hingga akhirnya berlabuh di bukit tersebut. ”

Allah SWT berfirman, “Difirmankan: Wahai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atas umat-umat (yang Mukmin) dari orang-orang yang bersama-mu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan kepada mereka (dalam kehidupan dunia) kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari kami ” (QS Hud:48)

Baca Juga:  Proses Turunnya Hujan Sudah Dijelaskan Dalam Al-Qur'an

Nabi Nuh dan umatnya kemudian membangun sebuah negeri yang diberi nama Tsamanin. Selanjutnya, terjadi perkembangan pada bidang bahasa hingga menjadi 80 bahasa. Ibnu Abbas mengatakan, setelah itu Nabi Nuh hidup 350 tahun lagi. Namun, hanya Allah SWT yang tahu pasti berapa lama Nabi Nuh hidup usia peristiwa banjir tersebut. Wallahu a’lam.