Beginilah Sejarah Penamaan Muhammad Pada Rasulullah SAW

Nama merupakan sebuah doa yang disematkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Sebuah nama biasanya memiliki sejarah sebelumnya dan  arti yang mendalam. Seperti nama yang dimiliki oleh Nabi terakhir Umat Islam, Muhammad SAW.

Ternyata nama Muhammad ini tidak serta merta diberikan oleh sang kakek, Abdul Muthalib kepada cucunya tersebut. Namun ada campur tangan Allah SWT yang membuat sang kakek menginginkan nama ini untuk cucunya yang baru lahir.

Berita tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW ini sudah dikabarkan Allah jauh sebelum kelahirannya. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sejak awal pertama penciptaan Nabi Adam as, Nama Nabi Muhammad SAW sudah tertulis di pintu gerbang Arasy. Lantas bagaimana sejarah penamaan manusia termulian ini? Berikut ringkasanya.

Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Baihaqi, Rasulullah bersabda tentang Nabi Adam yang mengakui kesalahannya saat memakan Buah Khuldi. Ia memohon ampunan kepada Allah dengan membawa nama Nabi Muhammad.

“Ya Tuhanku hamba memohon kepada-Mu dengan kebenaran Muhammad ampunilah hamba “. Lalu Allah berfirman kepada Adam: ” Hai Adam bagimana kamu tahu tentang Muhammad padahal Aku belum lagi ciptakannya?”

Adam menjawab: “Ya Tuhanku sesungguhnya ketika Engkau ciptakan hamba, hamba mengangkat kepala, kemudian terlihat olehku tulisan dipintu gerbang Arasy berbunyi Lailahaillallah Muhammadarasulullah, maka ketika itu mengertilah hamba, tidak mungkin ada satu nama yang bersanding dengan namaMu kecuali mahkluk yang sangat Kau sayangi.

Maka Allah berfirman: “Benar Engkau hai Adam sesungguhnya Muhammad itu adalah makhlukKu yang paling kusayangi, bila engkau memohon kepadaKu dengan kebenarannya sungguh Aku ampuni engkau” ( HR Baihaqi)

Nama Muhammad yang memiliki makna orang yang terpuji ini diberikan oleh Allah SWT melalui perantara sang kakek. Nama ini diilhami atas  harapan Abdul Muthalib agar kelak cucunya ini dipuji oleh makhluk seluruh dunia karena sifatnya yang terpuji tersebut.

Hal ini seolah menghijabah doa sang kakek. Padahal Allah SWT yang telah menggiriing Abdul Muthalib untuk memberikan nama tersebut karena sang Nabi memang ditakdirkan menjadi terhormat.

Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari perkataan Abdulmutholib ini. Beliau mengatakan, “Allah ‘azzawajalla telah mengilhamkan kepada mereka untuk menamai Nabi dengan nama Muhammad (orang yang terpuji). Hal ini karena dalam diri beliau telah tertanam sifat-sifat yang luhur, agar menjadi sepadan antara nama dan tindakan, dan agar sinkron antara nama dan yang diberi nama, baik dalam hal nama maupun tindak-tanduknya” (Bidayah wan Nihayah 1: 669)

Baca Juga:  Inilah Keistimewaan Shalat Tarawih Saat Ramadhan

”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56).

Benar saja, semua makhlun memujinya dari sebelum kelahirannya, pada masa hidupnya, bahkan hingga saat ini. Setiap orang yang beriman (Islam) secara khusus diperintahkan Allah SWT untuk bershalawat kepada beliau Nabi SAW. Keterkaitan harapan Abdul Muthalib dengan firman Allah di atas tidak dapat disalahkan atau dipungkiri, alasannya adalah : karena Antara harapan Abdul Muthalib dengan ayat al-Quran diatas itu lebih dulu “harapan”.

Pada masa itu, suku Quraisy bingung dengan nama tersebut. Pasalnya nama ini belum populer, karena biasanya mereka akan memberi nama anak dengan namaleluhur mereka. Beberapa diantara mereka bahkan memberi masukan siapa nama yang cocok untuk cucunya.

Ada pula riwayat lain yang menjelaskan sejarah penamaan Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Dalam Raudhatul Unuf, Imam As-Suhaili menukilkan riwayat tersebut. Kisahnya berawal dari perjalanan kakek beliau; Abdulmutholib menuju negeri Syam bersama tiga orang rekannya untuk suatu keperluan bisnis. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang rahib (pendeta). Sang rahib menanyakan, “Dari mana kalian?”
“Kami berasal dari Makkah.” Jawab mereka.

Sang Rahib pun kemudian mengabarkan kepada saudagar mekah ini tentang berita yang di dalam kitab suci agamanya, “Sesungguhnya dari negeri kalian itu akan muncul seorang Nabi.” tegas sang rahib. Dengan penuh keheranan, Abdul Muthalib dan tiga orang kawannya menanyakan perihal nama Nabi tersebut. Rahib itu menjawab, “Namanya adalah Muhammad.”

Jawaban ini sontak saja membuat Abdul Muthalib dan tiga rekannya ingin menamai bayi laki-laki mereka atau kerabat mereka dengan nama Muhammad. Ternyata bayi laki-laki yang pertama kali lahir sepulangnya mereka dari Syam adalah dari menantu Abdul Muthalib, yaitu Aminah binti Wahb; Ibunda Rasulillahshallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca Juga:  9 Langkah Peroleh Jodoh yang Sholehah

Abdulmutholib pun lantas menyematkan nama Muhammad untuk cucu tercintanya yang baru lahir. Adapun rekannya yang lain juga memberikan nama yang serupa pada saat anak-anak mereka lahir.  (Raudhotul Unuf 1: 820). Nama ‘Muhammad’ itu memang sudah di beritahukan pada Nabi-nabi sebelumnya, dan memang sudah tercatat dalam kitab-kitab sebelum Al-Qur’an, dan tercatat pula disisih Arsy-nya. Wallahu a’lam bis showab.