3 Hal Sederhana Tanda Kebahagiaan

Tingginya standar yang menjadi indikator untuk bahagia membuat manusia susah merasakan kebahagiaan. Meski saat ini sudah hidup sejahtera atau memiliki pekerjaan lebih baik dari orang lain, namun tetap saja merasa bahwa dirinya tidak bahagia.

Beberapa indikator kebahagiaan yang sering ditetapkan seperti memiliki rumah mewah baru bahagia, memiliki kendaraan mahal, atau jabatan penting. Ketika hal ini belum dimiliki, maka seseorang akan susah untuk merasakan kebahagiaan.

Padahal jika indikator kebahagiaan ini bisa diturunkan, maka memiliki tetangga yang baik saja sudah bisa membuat hati bahagia. Selain itu dengan banyak bersyukur maka akan terbangun perasaan cukup, sehingga tidak pernah merasa kekurangan dan tidak bahagia.

Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat bersabda, semasa di dunia kita perlu mengupayakan tiga hal ini, namun jika tidak tercapai maka bersyukur adalah cara yang tepat untuk bahagia.

“Termasuk kebahagiaan seseorang muslim di dunia : Tetangga yang baik, rumah yang lapang dan kendaraan yang nyaman” (HR Ahmad).

1. Tetangga  dan Lingkungan yang Baik
Tetangga yang baik merupakan tanda bahwa hidup anda sebenarnya sudah bahagia. Bahkan sebuah riwayat menganjurkan agar terlebih dahulu memilih tetangga baru memilih rumah. Tetangga yang baik akan membuat anda nyaman saat keluar rumah dan aman saat di dalam rumah.

Bayangkan jika tetangga dan lingkungan anda penuh dengan kecurigaan, gosip rutin anak-anak yang bermain tanpa batas, semua hanya akan menyesakkan dada dan tidak membuat bahagia.

Jadi jika saat ini anda memiliki tetangga yang baik, maka itu menjadi pertanda bahwa hidup anda sebenarnya sudah bahagia. Islam menginginkan terciptanya kehidupan bermasyarakat yang nyaman dan tenteram. Bahkan bagian dari keimanan seorang muslim adalah sikapnya terhadap sang tetangga. Rasulullah SAW mengingatkan suatu ketika :

“Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman”. Para shahabat bertanya siapakah mereka wahai Rasulullah? “Yaitu orang yang tidak memberikan rasa aman bagi tetangganya dari kejahatan dirinya” (HR Muslim).

Baca Juga:  Inilah Pahala Mengucapkan ‘Aamiin’ Setelah Imam Membaca Al-Fatihah

2. Rumah yang Lapang
Luas rumah juga berpengaruh terhadap kebahagiaan penghuninya. Jika rumah lebih lapang, maka secara psikologis penghuninya akan memiliki hati yang lapang. Anak-anak akan bisa bermain dan belajar dengan leluasa. Ini akan memunculkan inspirasi bagi penghuninya.

Berbeda dengan rumah yang berukuran sempit dengan penghuni yang melebihi kapasitas. Maka akan terjadi desakan yang membuat hati semakin sempit. Belum lagi jika ada sanak atau kerabat bertandang, maka amalan untuk memuliakan tamu menjadi tidak bisa dioptimalkan. Kalaupun bisa, maka biasanya akan kurang menjaga adab pergaulan dan pandangan seorang muslim.  Selain itu, rumah yang lapang akan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan publik yang bermanfaat.

Maka semestinya semakin luasnya rumah dan ditambah lapangnya hati, semakin menambah keberkahan dan kemanfaatannya. Jika saat ini rumah anda sudah lapang, maka sebenarnya anda sudah harus berbahagia. Lapang bukan berarti bermewah-mewahan, namun sesuai dengan kapasitas penghuninya.

3. Kendaraan yang Nyaman
Kendaraan nyaman tidak berarti mewah, yang terpenting adalah berfungsi dengan baik dan normal.  Seorang muslim dituntut untuk menjadi insan yang bermanfaat, mau tidak mau harus lebih banyak keluar rumah untuk menyebarkan potensinya, bekerja dan berusaha, ataupun menyambung tali silaturahim.

Karenanya ia akan lebih sering bergerak di luar rumah, maka ia akan membutuhkan kendaraan agar lancar mobilitasnya. Sebaliknya, kendaraan yang sering rusak atau mogok tentulah menjadi permasalahan tersendiri yang menganggu. Produktifitas kerja dan kemanfaatan menjadi turun atau terganggu.

Atas dasar ini semua, maka bersyukurlah jika sebagian dari kebaikan dunia di atas telah kita dapatkan dan menghiasi hari-hari kita. Jika belum terpenuhi, tentu bisa kita upayakan dengan niatan dan tetap bersyukur atas apa yang di dapatkan saat ini.