Beginilah Wujud Cinta Allah pada Tiga Nabi dalam Surat Thaha

Allah SWT merupakan Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada setiap mahkluk-Nya. Hal ini terbukti dengan dua Asmaul Husna yakni Ar-rahmaan dan Ar-Rahiim yang sering terdengar di telinga kita. Selain itu, bentuk cinta Allah juga terdapat di dalam Al-Qur’an yakni Surat Thaha.

Surah Thaha diturunkan di Kota Makkah, di dalam surah ini terdapat penanaman khusus dari diri-Nya bahwa Dialah Dzat penebar cinta, dan kasih sayang. Selain itu, dari surah ini juga tersirat bahwa terdapat keyakinan kuat dari-Nya bahwa Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.

Bahkan, ternyata di dalam Surat Thaha ini ada tiga bentuk kecintaan Allah SWT kepada nabi-nabi. Di antaranya adalah Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa as dan Nabi Adam as. Lalu bagaimanakah bentuk cinta Allah kepada ketiga Nabi tersebut? Berikut informasinya.

1. Cinta Allah kepada Nabi Muhammad SAW
Bentuk cinta Allah yang pertama diberikan kepada baginda Muhammad SAW, bahkan nama Thaha itu menjadi salah satu nama mulia yang ditujukan kepada beliau. Panggilan tersebut sebagai bentuk penghormatan dan penghibur hati beliay atas segala pertentangan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Oleh sebab itu lah,  surah tersebut dibuka dengan Thaha sebagai panggilan lembut dari Sang Pecinta kepada yang dicinta.

“Thaha. Tidaklah Kami menurunkan kepadamu Al-Quran agar kamu menjadi susah (celaka). Melainkan sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut,” (Qs Thaha 1-3)

Gambaran ayat 1-3 yang terdapat dalam surah Thaha tersebut tentu sangat berpengaruh kepada sisi psikologi yang dimiliki Rasulullah SAW. Sebab ketika wahyu tersebut diturunkan, Rasulullah SAW kerap merasa ketakutan, gelisah, khawatir akan keselamatan diri dan umatnya.

Perasaan yang demikian itu sangatlah wajar, karena penolakan, pertetangan dan perlawanan dari kaum Quraisy sangat mempengaruhi kondisi psikis beliau. Akan tetapi, dengan panggilan lembut dari dari Allah itu membuat Rasulullah kembali yakin dan percaya bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan dirinya sekedip matapun.

Allah meyakini bahwa proses turunnya Al-Quran sama sekali bukan untuk menyusahkan beliau, melainkan sebagai basyiiran (kabar gembira) bagi orang-orang beriman juga nadziiran (peringatan) agar kita menjaga diri dari perilaku yang kurang baik dan tidak diridhai-Nya.

2. Bentuk Cinta Allah kepada Nabi Musa as
Bentuk cinta Allah SWT yang kedua dilimpahkan kepada Nabi Musa as. Hal ini tertera di dalam surah Thaha ayat 11-16. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.

Baca Juga:  Awas, Kamar Kosong Berpotensi Ditinggali Jin

Dialog yang luar biasa tersebut berhasil menumbuhkan keyakinan dalam diri Nabi Musa as yang sempat gentar dan ketakutan karena telah membunuh kaum Bani Israil secara tidak sengaja. Di lembah Thuwa inilah Allah memperkenalkan diri-Nya sekaligus memproklamirkan pangkat kenabiaan untuk Nabi Musa. Selain itu, Allah SWT juga memberikan peringatan tentang keesaan-Nya sekaligus pula menegaskan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi.

Hal ini terdapat dalam surah Thaha yaitu ayat 17-20. Di dalam ayat ini juga merupakan bentuk dukungan penuh dan pembekalan langsung dari Allah SWT agar kelak Nabi Musa sanggup untuk menghadapi Fir’aun dan bala tentaranya.

“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”. Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

Tidak hanya itu, Allah juga memberikan mukjizat kepada Nabi Musa sebagi bentuk kebesaran Allah SWT untuk hamba-Nya yang terpilih tersebut. Dengan demikian membuat Nabi Musa semakin  percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan dukungan, pendampingan, kekuatan, dan kemampuan untuk menghadapi orang-orang yang zalim.

Namun pertanyaannya, apakah setelah pertemuan dan dialog di lembah Thuwa Nabi Musa berani total dan tidak lagi ketakutan? Jawabannya, tidak. Sebab, ketika perhelatan ular digelar—sebagai tantangan dari Fir’aun atas pembuktian kenabian Musa as—Nabi yang berada dalam pengawasan Allah sejak ia dihanyutkan ke sungai ini mengalami ketakutan luar biasa. Hingga akhirnya Allah membisikkan dengan lembut, “… Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu lebih tinggi (unggul). Lemparkanlah tongkat yang ada di tangan kananmu, maka ia akan menelan sihir yang mereka buat, sungguh itu hanyalah tipu daya tukang sihir. Dan tidak mungkin menang tukar sihir, darimanapun ia datang,”

3. Bentuk Cinta Allah kepada Nabi Adam as
Bentuk cinta-Nya yang terakhir yakni terlimpah untuk manusia sekaligus nabi pertama yaitu Nabi Adam as. Hal tertuang dalam Q.S Thaha ayat 115, Allah Ta’ala berfirman:

“Dan sungguh telah Kami janjikan kepada Adam agar tidak memakan buah khuldi sejak dahulu. Lalu dia (Adam) lupa akan janjinya dan tidak kami dapati baginya kemauan yang kuat,” (Qs Thaha: 115).

Baca Juga:  Delapan Amalan yang Mendatangkan Syafa’at di Hari Kiamat

Kita semua mengetahui bahwa iblislah yang menggelincirkan Nabi Adam dari surga karena menggoda ia untuk mencicipi buah yang dilarang oleh Allah. Setelah melakukan hal tersebut, Nabi Adam menangis dan bertaubat kemudian ia temukan bahwa Allah Maha Pengampun. Maka terampunilah dosa Nabi Adam serta ia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Cinta ketiga inilah yang menjadi refleksi cinta dari Allah. Bukti cinta tersebut tidak hanya tertuju kepada Nabi Adam saja. Akan tetapi juga berupa pengampunan kesalahan kepada umat Nabi Muhammad. Apabila umat-umat terdahulu seperti umat Nabi Luth, Nabi Hud, Nabi Musa langsung diazab oleh Allah SWT karena telah melakukan dosa. Maka bukti cinta Allah untuk umat akhir zaman adalah pengampunan, oleh karena itu apabila kita melakukan kesalahan dan dosa segeralah bertaubat maka Allah akan menghapus segala kesalahan meskipun sebanyak buih di lautan.

Demikianlah informasi terkait bentuk cinta Allah kepada tiga Nabi melalui surah Thaha. Di dalam surah ini terbuktilah bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun dosa setiap hamba-hamba-Nya. Sadarilah bahwa Allah akan senantiasa menolong dan tidak  pernah meninggalkan kita sekedip matapun apabila kita memohon dan berdoa dengan tulus kepada-Nya.