Isi Surat Umar bin Khattab Untuk Sungai Nil

Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia dengan melintasi tak kurang dari sembilan negara. Dalam Islam, sungai ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding sungai lainnya. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Sungai Nil bersumber dari mata air surga.

Ternyata, salah satu Khulafaur Rasyidin pernah mengirimkan surat untuk sungai yang identik dengan Mesir tersebut. Adalah Amirul Mukminin Umar bin Khatab, yang menuliskan surat untuk Sungai Nil. Saat itu, Mesir dilanda kekeringan sehingga masyarakat menjadi kelaparan.

Biasanya jika mengalami kondisi ini raja-raja Mesir terdahulu akan mencari anak gadis untuk dijadikan tumbal. Namun tidak demikian dengan Umar bin Khatab. Ia cukup menuliskan surat lalu melemparkannya ke dalam sungai. Hasilnya, air kembali melimpah seperti sedia kala. Seperti apa isi suratnya?

Kisah ini bermula saat awal-awal Islam berhasil menakhlukan Mesir. Umar bin Khatab yang saat itu menjadi pemimpin Islam kemudian melantik Sayyidina Amr bin Al-Ash Ra sebagai Gubernur. Saat sudah menjalani kepemimpinannya, penduduk Mesir datang untuk menemui sang guburnur baru.

Mereka menyampaikan bahwa kala itu sudah memasuki bulan yang dianggap sakral oleh penduduk Mesir. Mereka lantas mengungkapkan kebiasaan sakral yang selalu dilakukan ketika memasuki bulan ini. Jika tidak dilakukan, penduduk percaya bahwa Sungai Nil tidak akan dialiri air. ‘Amr bin ‘Ash berkata: “Apa tradisi itu?”

Tradisi tersebut adalah mencari anak gadis untuk dilemparkan ke Sungai Nil sebagai tumbal. Namun, ini hanya dilakukan kepada orang tua yang ridho anak perempuannya dijadikan tumbal agar sungai Nil kembali meluap. Namun hal ini tidak disetujui oleh  Amr bin ‘Ash. Baginya perbuatan itu dilarang oleh Islam dan Islam melenyapkan ajaran buruk sebelumnya.

Penduduk kemudian mengikuti apa yang diperintahkan sang Gubernur. Namun kekhawatiran penduduk akhirnya terjadi. Sungai Nil yang tadinya penuh dengan air sedikit demi sedikit mulai surut dan nyaris menyusut. Pada akhirnya, sungai yang membentang di Afrika tersebut nyaris tanpa aliran. Akibatnya, kondisi ini menjadi ancaman bagi perekonomian negara tersebut. Karena, selama tiga bulan Sungai Nil tanpa air.

Baca Juga:  Lima Hal Ini Melemahkan Setan dan Jin

Penduduk Mesir mulai resah dan berencana untuk pindah. Melihat kondisi ini, Amr bin ‘Ash mengirim surat untuk pemimpin tertinggi, Umar bin Khatab. Ia menerangkan tentang kondisi yang dialami masyarakat Mesir, serta kebiasaan sakral yang menjadi rutinitas tahunan dimasa lalu tersebut.

Kemudian ‘Umar bin Khattab menulis surat kepada ‘Amr bin Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat ‘Umar menulis: “Tindakanmu benar. Islam memang menghapus kebiasaan buruk sebelumnya.  Sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku nota kecil maka lemparlah nota kecil itu ke sungai Nil.”

Setelah membaca surat dari Umar, Amr bin ash kemudian penasaran dengan isi surat yang akan dilemparkan ke dalam sungai Nil. Ia kemudian membuka surat tersebut dan berisi sebagai berikut:

“Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, Umar bin Khattab untuk Nil penduduk Mesir. Amma ba’du. Jika engkau mengalir karena kemauanmu, janganlah engkau mengalir. Tetapi bila engkau mengalir karena diperintah oleh Allah, maka aku meminta kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa agar menjadikanmu mengalir.”

Amru bin ‘Ash kemudian melempar kertas tersebut ke dalam Sungai Nil yang sudah kering. Sementara penduduk Mesir tengah bersiap untuk hijrah karena sungai yang menjadi sumber kehidupan mereka tidak lagi mengalirkan air.

Setelah surat Umar dilempar, keesokan harinya, di pagi hari di hari raya Nasrani, air Sungai Nil telah mengalir dengan ketinggian 7 meter lebih hanya dalam waktu satu malam.

Sungai Nil kemudian terus melimpah dan tidak pernah surut hingga sekarang. Satu hal yang pasti, tradisi menjadikan anak gadis sebagai tumbal juga hilang sejak Islam masuk ke negeri tersebut.

Semoga informasi ini memberi pengetahuan baru tentang dunia Keislaman dan semakin menambah Iman. Terima kasih sudah membaca.