Fakta Ilmiah Ka’bah Sebagai Pusat Bumi

Ka’bah merupakan tempat suci bagi umat Islam yang terletak di Kota Mekkah. Bangunan yang tingginya sekitar 13 meter dan luas sisi sekitar 11 x 12 meter ini memang penuh dengan misteri. Bagaimana tidak, seluruh umat Islam menghadap ke arahnya setiap hari saat menunaikan Shalat. Ia seolah menjadi media komunikasi antara umat Islam dengan Allah SWT.

Kajian tentang bangunan yang telah berdiri sejak zaman Nabi Ibrahim AS ini memang tidak pernah habis. Salah satu yang berkembang adalah tentang Ka’bah sebagai pusat bumi. Banyak kajian yang diungkapkan untuk menjelaskan bahwa pusat nol derajad bukanlah di Kota Greenwich, Inggris, namun berada di Ka’bah. Namun kebenaran ini nampaknya akan sulit diperjuangkan. Bagaimana tidak, mereka para pemimpin dunia akan selalu menolak kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.

Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa Ka’bah adalah pusat bumi. Seperti dalam Surat Almaidah yang artinya:

“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia,” (QS.5 Al-Maa’idah : 97)

Para ilmuan Muslim terus saja mencari pembenaran dari ayat tersebut. Hingga pada suatu saat tersebar berita bahwa astronot yang pertama kali melakukan pendaratan di bulan yakni  Neil Amstrong dkk menemukan bahwa Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi. NASA secara resmi mereka mengumumkannya di Internet. Sayang berita tersebut hilang setelah 21 21 terbit, bahkan website dimana berita itu dimuat juga raib.

Ilmuan Muslim kemudian mencari tau dari mana sebenarnya radiasi tersebut.  Ternyata radiasi ini berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi bersifat infinite (tidak berujung), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Namun ini juga belum menjadi dasar kebenaran yang diterima oleh para laknatullah tentang kebenaran kallam Allah.

Fakta-fakta terus dikumpulkan tentang kebenaran Ka’bah sebagai pusat bumi. Salah satu teori terkenal tentang Ka’bah sebagai pusat bumi adalah barisan Fibonacci atau angka Tuhan. Ilmuan zaman dahulu percaya bahwa Fibonacci adalah salah satu bukti adanya Tuhan.

Barisan ini dijelaskan pertama kali oleh matematikawan India, Gopala dan Hemachandra pada tahun 1150. Lalu kembali di paparkan oleh Leonardo da Pisa, yang juga dikenal sebagai Fibonacci dari Aljazair sekitar tahun 1200.

Kedua ilmuan ini menemukan bahwa selalu ada deret angka sederhana yang muncul secara acak di alam semesta. Hampir semua ciptaan Tuhan dianggap mempunyai angka Fibonacci dalam hidupnya, baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia.

Pada dasarnya deret fibonacci merupakan barisan bilangan sederhana dimulai dari 0 dan 1 dan suku berikutnya merupakan jumlah dua bilangan sebelumnya. Akhirnya Fibonacci menemukan sebuah angka rasio fibonacci: 0.618 / 1.618.

Dimulai dengan angka 0 dan 1, setiap angka baru dalam deret ini merupakan hasil penjumlahan dari dua angka di depannya. Jadi Deret Fibonacci dapat dituliskan sebagai berikut:

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, . . .

Baca Juga:  Inilah Orang yang Dapatkan Azab Paling Berat di Akhirat

Ternyata pembagian antara sebuah angka dengan angka lebih kecil di sebelahnya selalu mendekati nilai Phi. Misalnya, 5 dibagi dengan 3, 8:5, 13:8 dan seterusnya. Phi Konstan-1,618, jumlah Nilai unggulan matematika.

Sang Pencipta selalu menggunakan nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam pulse hati kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy, dalam bentuk serpihan salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi. Sang Pencipta menggunakan nilai yang sama, Golden Ratio – 1,618 ….

Phi bisa digambarkan sebagai berikut:

Di mana panjang keseluruhan (a+b) dibagi dengan bagian yang lebih panjang (a) mempunyai nilai yang sama dengan bagian yang panjang (a) dibagi dengan bagian yang pendek (b) atau singkatnya hasil pembagian itu selalu sama, yaitu: 1,618 (setelah pembulatan)

Perhatikan gambar di bawah ini

 

Tangan Bila Anda ukur panjang jari Anda, kemudian Anda bandingkan dengan panjang lekuk jari, maka akan ketemu 1.618.

Coba bagi tinggi badan Anda dengan jarak pusar ke telapak kaki, maka hasilnya adalah 1.618. Coba bagi tinggi badan Anda dengan jarak pusar ke telapak kaki, maka hasilnya adalah 1.618. Bandingkan panjang dari pundak ke ujung jari dengan panjang siku ke ujung jari, maka hasilnya adalah 1.618. Bandingkan panjang dari pinggang ke kaki dengan panjang lutut ke kaki, maka hasilnya adalah 1.618. Semua perbandingan ukuran tubuh manusia adalah 1.618. benarkah? silahkan membuktikannya.

Lalu bagaimana jika dikaitkan dengan pusat bumi?  Proporsi jarak timur ke barat Mekah jarak garis solstice lagi 1,618 unit. Selain itu, seperti ditunjukkan pada Gambar, proporsi jarak dari Mekah ke garis titik balik matahari dari sisi barat dan perimeter garis lintang dunia pada saat itu juga mengejutkan sama dengan rasio emas (Golden Ratio), 1,618 unit. The Golden Ratio Point of the World selalu dalam batas kota Mekkah, di dalam Daerah Suci yang meliputi Ka’bah menurut semua sistem pemetaan kilometrical meskipun variasi kecil dalam perkiraan mereka.

Phi matrix program, program Amerika yang digunakan untuk menampilkan rasio emas pada gambar. Jika kita mengasumsikan bujur dan lintang peta Dunia sebagai lukisan abadi yang memiliki kedalaman tak berujung, lalu buka di dalam program ini, kita akan menemukan bahwa Golden Ratio Point of the World adalah Kota Mekkah

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia. Ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.

Baca Juga:  Hewan Ini Memberi Kesaksian Kenabian Rasulullah

Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Bukti lain yang juga membuktikan bahwa Ka’bah adalah pusat bumi adalah gambar-gambar Satelit yang muncul kemudian pada tahun 90-an saat meneliti topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi. Secara ilmiah ditemukan bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Meski begitu banyaknya penemuan tentang kebenaran Ka’bah sebagai pusat bumi, namun selalu dibantah oleh ilmuan barat.  Selama 125 tahun ini, dunia internasional hanya mengenal satu standar waktu yakni jam yang dihitung dari bujur 0 derajat yang melewati Observatorium Greenwich. Mereka mencatat bahwa magnet Kutub Utara adalah fakta. Gaya itu melintasi garis bujur Kanada, Amerika Serikat, Meksiko dan Antartika.

Padahal Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center yang berpusat di Kairo itu, melukiskan peta dunia baru, yang dapat menunjukkan arah Makkah dari kota-kota lain di dunia. Dengan menggunakan perkiraan matematik dan kaidah yang disebut “spherical triangle”. Dr Husain menyimpulkan kedudukan Makkah betul-betul berada di tengah-tengah daratan bumi.Sekaligus membuktikan bahwa bumi ini berkembang dari Makkah. Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan tidak melewati Greenwich di Inggris.

GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada dibawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat, sekaligus akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade lalu tentang rujukan waktu dunia. Kini menjadi keharusan bagi umat dan media Islam untuk terus mengkampanyekan kebenaran ini.