Bertuah Pos Dorong Industri Kreatif Digital di Riau

Arus globalisasi mendorong kita beradaptasi dengan tatanan kehidupan yang semakin maju. Siapa bergerak dengan merangkak, ya terdepak. Terlebih dengan akan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Maka persaingan layaknya berkendara di jalan tol, maju melesat, yang lambat lewat.

Sebagai generasi muda yang digadang-gadangkan sebagai agent of change, tentu sangat memprihatinkan jika kita hanya bergantung kepada pemerintah. Ya, mereka sudah harus memikirkan bagaimana nasib 7,56 juta jiwa penduduk Indonesia yang kini menjadi pengangguran. Janganlah kita menambah beban mereka lagi dengan masuk dalam daftar tersebut. (Data Badan Pusat Statistik Agustus 2015)

Kondisi ini didukung dengan kenyataan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi cenderung lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).

Padahal berwirausaha menjadi salah satu jalan untuk membantu diri sendiri tentunya, kebanggaan orangtua pastinya, dan membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran.

Memang sektor Ekonomi kreatif dapat membantu penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, pelestarian keanekaragaman budaya, dan pembangunan manusia.

Namun tentu masih banyak yang bingung terkait apa yang akan dijual, bagaimana dengan promosi, serta menanggulangi persaingan bisnis yang semakin ketat. Namun jika berada dalam kondisi ini, ada baiknya mengingat kata mutiara dan Alm Bob Sadino berikut:

“Orang pintar mikir ribuan mil, jadi terasa berat. Saya nggak pernah mikir karena cuma melangkah saja. Ngapain mikir, kan cuma selangkah”

Beruntung bertuahpos.com Pekanbaru menyelenggarakan seminar Nasional yang bertajuk “Membangun Industri Kreatif di Era Digital”. Portal berita yang konsen membahas ekonomi bisnis ini memberikan stigma, pemikiran, inovasi serta kreativitas baru bagi pelaku UMKM, atau pebisnis pemula.

Ternyata antusiasme masyarakat terhadap acara ini sangat tinggi. Hal ini terlihat dari peserta yang hadir mencapai 500 orang. Padahal awalnya penitia hanya menargetkan 300 orang saja. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran terhadap dunis bisnis yang mengacu pada perkembangan digital sudah cukup tinggi.

Pemateri yang dihadirkan juga merupakan mereka yang berkompeten dibidangnya. Antara lain Dudi Sudradjat Abdurrachim yang merupakan Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Barat, Muhammad Ihsan Firdaus CEO 4 Vision Media dan Paseban.com, serta Direktur Utama Qolbu Re-Engineering, Sofyan Siroj.

Dudi Sudradjat Abdurrachim dalam materinya menjelaskan bahwa ekonomi kreatif menjadi elemen penting dan sumber ekonomi baru di abad 21. Bahkan untuk Jepang dan Korea Selatan, sudah mengandalkan ekonomi kreatif sebagai penopang perekonomian negara mereka.

Contoh lain juga terjadi di Singapura, misalnya rumah sakit di sana tidak hanya menjanjikan kesembuhan bagi pasiennya. Lebih dari itu, layanan rumah sakit di Singapura sudah dikemas dalam bentuk paket wisata. Sehingga ketika datang ke sana mayarakat tidak hanya berobat namun juga sembari berlibur.

Sektor ini telah tumbuh menjadi suatu industri lakyaknya sektor lain yang menghasilkan dolar. Tidak heran jika promosi tentang layanan kesehatan mereka dilakukan secara besar-besar.

Indonesia dalam beberapa sektor juga telah melakukan metode ini. Misalnya salah satu rumah sakit swasta yang menawarkan paket wisata sehat. Mereka bekerja sama dengan hotel dalam menjalankan bisnis ini. Tamu-tamu yang menginap di hotel selama dua hari tiga malam, akan mendapat pelayanan kesehatan. Namun ini belum merata terjadi di Indonesia. Sebagian besar pelayanan kesehatan memang tujuan utamanya adalah untuk melayani masyarakat yang sakit.

Apakah ini sebuah kemunduran? Tentu saja tidak, ini adalah sebuah peluang agar generasi muda membuat langkah strategis untuk bisa bersaing dengan dunia internasional. Jika di dalam negeri pelaku industri kreatif belum sebanyak negara luar, artinya kesempatan bagi kita masih begitu terbuka lebar. Tinggal kita ingin memanfaatkan peluang tersebut, atau membiarkannya berlalu.

;Pemateri kedua adalah Direktur Utama Qolbu Re-Engineering, Sofyan Siroj. Dalam materinya Ia menjelaskan tentang ‘inspirasi kreatifitas dari Al-Qur’an dan sunnah’. Ia menjelaskan bahwa Alquran mengatakan bahwa manusia adalah makhluk unik (khalqan akhar).

“….Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’min [23]: 12-14).

Menurutnya penyebab kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi oleh kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat atau lingkungannya.

Dalam pemaparannya Ia menjelaskan bahwa kreativitas seseorang bisa diasah dan dilatih, “creative people are made, not born” ungkapnya mengutip Noor Rochman Hadjam.

Pemateri selanjutnya adalah Muhammad Ihsan Firdaus. Peserta cukup terkejut karena materi yang disajikannya bisa didownload melalui gadget mereka. Bahkan, sempat membuat kuis bagi peserta yang mendaftar untuk mendownload materi tersebut.

Hal ini semakin menambah antusias. Apa yang Ia lakukan bisa menjadi terobosan baru untuk berbagai instansi yang akan menggelar seminar. Mereka tidak lagi harus memberikan hand out kepada peserta yang dapat menghabiskan kertas, namun cukup hanya dengan mendownload melalui gadget mereka.

Ihsan menjelaskan tentang digital Mindset, yakni perubahan pada mental dan pola pikir seseorang yang kemudian merubah perilaku pada setiap aktivitasnya di era digital ini.

Menurutnya perubahan ini disebabkan oleh teknologi digital dan revolusi yang terjadi di dunia digital. Digital Mindset menentukan seberapa cepat Anda bisa memanfaatkan teknologi digital untuk membangun dan mengembangkan bisnis.

Biasanya hal ini ditandai dengan technology oriented, realtime, cepat dan terbuka, cepat beradaptasi terhadap teknologi baru, selalu berpikiran bahwa jika sesutu bisa Otomatis kenapa harus Manual? Selalu memiliki ide baru di masa depan, serta tidak semua bersifat Gratis dan mau berinvestasi.

Sayang kesalahan pada kebanyakan orang adalah mereka tidak sesegera mungkin memanfaatkan digitalisasi untuk membangun dan mengembangkan bisnis mereka.

Ia kemudian mengajak agar peserta berpikir untuk membuat Product. Setelah produk terpikirkan, maka langkah selanjutnya memasarkannya di dunia digital antara lain membuat artikel, product info, service info, foto, dan video.

Setelah bahan tersebut selesai, langkah selanjutnya adalah membeli domain dan membuat website. Jika media berjualan ini sudah dibuat, maka tingga bagaimana meramaikan toko online anda yang ada dalam bentuk website.

Untuk meramaikannya buatlah channel-channel promosi seperti FB Fans Page, Instagram Official, Twitter, Line, youtube channel. Selain channel promosi, buat juga channel-channel komunikasi seperti BBM Account, WA, Zopim Chat, Contact form, valid phone number

Jika anda tidak bisa melakukan itu, saat ini sudah banyak internet marketing yang menawarkan jasa tersebut. Sehingga anda cukup membuat budget promosi dan dikerjakan oleh konsultan.

Akhirnya, seminar nasional yang diselenggarakan bertuahpos.com ini berakhir dan menyisakan rasa penasaran dalam hati peserta. Bagi mereka yang pemula, tentu ilmu ini begitu baru, sehingga terpikir untuk membuka usaha sendiri. Sedangkan bagi mereka yang sudah mondar-mandir di dunia bisnis industri kreatif, ini merupakan ilmu baru sehingga lebih termotivasi untuk mengembangkan pemasaran digital.

Bagi anda yang membaca artikel ini, Mau pilih yang mana: segera menyiapkan mental dan ketramplan kewirausahaan atau, saatnya nanti, terpaksa serabutan, mencoba-coba menjadi wirausahawan setelah ”terdepak” dari posisi ”orang gajian”?. Semoga kita segeralah belajar mengambil inisiatif, inovatif, berani dan kreatif serta berani memulai mempromosikan dan menampilkan ide kreatif dengan memanfaatkan teknologi digital untuk membangun & mengembangkan bisnis.