Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti Institut Astronomi, Universitas Hawaii, Amerika Serikat yang dipimpin oleh Brent Tully. Tim ini mengamati gerak aneh 8000 galaksi dan berhasil mengenali pusat gravitasi yang mengendalikan Bima Sakti dan galaksi yang berdekatan. Tim menggunakan pengukuran yang disebut “gerakan aneh”, yang mengambil total pergerakan galaksi dan mengurangi gerakan yang disumbangkan oleh perluasan alam semesta.
Dari sana, ilmuwan dapat menghasilkan ‘aliran garis’ yang menunjukkan bagaimana galaksi bergerak, dan mengungkapkan pusat gravitasi yang menarik mereka. ‘Penarik’ ini mengendalikan perilaku anggota galaksi, membentuk inti dari supercluster. Tepatnya pada Maret 2014 lalu, mereka berhasil mendefenisikan superkluster lokal baru ini menggantikan superkluster lokal sebelumnya, Superkluster Virgo yang ternyata merupakan bagian kecil dari Laniakea.
Mereka menggunakan informasi tersebut untuk menentukan tingkat supercluster tersebut. Secara sederhana, galaksi yang bergerak dikendalikan oleh ‘Penarik besar’ Laniakea yang terletak di arah rasi Centaurus, yang merupakan bagian dari supercluster Laniakea. Galaksi yang ditarik menuju penarik yang berbeda, berada dalam supercluster yang berbeda (yang selanjutnya disebut Perseus-Pisces), bahkan jika mereka tepat bersisian di langit.
“Kami menemukan batas-batas tepi,” kata Tully. “Ini benar-benar mirip dengan ide ‘daerah aliran sungai’ (DAS) di permukaan planet. Tepi DAS cukup jelas ketika Anda berada di Rocky Mountains, tapi jauh kurang jelas jika Anda berada di tanah yang benar-benar datar. Namun, air tahu cara untuk mengalir pergi.”
Dalam supercluster, galaksi yang halus seperti manik-manik pada ‘benang semesta’, masing-masing berlabuh ke Penarik Besar. Galaksi Bima Sakti ada di tepi salah satu benang, yang bertengger di tepi ‘Kekosongan Lokal’, daerah di mana, seperti namanya, tidak ada banyak objek yang bisa ditemukan.
Jenis-jenis benang skala besar dan kekosongan adalah umum di seluruh alam semesta. Tapi Tully mencatat satu kejutan yang muncul ketika memetakan Laniakea: supercluster ini sedang disentakkan oleh kumpulan lebih besar dari galaksi, yang disebut Inti Shapley.
“Ini hal yang benar-benar besar, dan kita sedang ditarik ke arah itu. Tapi kami tidak punya cukup informasi sehingga belum menemukan garis besar Inti Shapley,” kata Tully. “Kita mungkin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar”, tambahnya.
Sebagai anggota Tata Surya, Bumi memiliki tujuh planet tetangga, beberapa planet katai, ratusan satelit planet, ratusan ribu asteroid, dan ribuan komet. Anggota Tata Surya yang belum diketahui jauh lebih banyak lagi. Batas akhir pengaruh Matahari yang menandai tepi Tata Surya berjarak 1,87 tahun cahaya dari sang bintang induk.
Berbagai supergugus galaksi adalah struktur terbesar di alam semesta yang diketahui. Potensi untuk menemukan struktur yang lebih besar disadari Tully sangat mungkin, khususnya jika faktor lain yang memengaruhi gerak galaksi juga ikut diperhitungkan.
Laniakea menjadi sebuah titik tak berarti jika dibandingkan dengan besarnya jagat raya dialam semesta ini. Hanya Dia-lah Sang Maha Pencipta yang Maha Besar. Sebesar apakah Linakea jika dibandingkan dengan alam semesta? Semoga, tak ada lagi kesombongan pada tiap diri manusia yang merasa paling berpengaruh, paling kaya, paling berkuasa dan yang merasa paling paling besar. Semoga bermanfaat.